pH tanah
merupakan indikator ( petunjuk ) tentang kemasaman dan kebasaan. Pada umumnya
tanah memiliki kisaran pH antara 4-10. pH dari suatu tanah tertentu misalkan
antara 5 atau 8, mempengaruhi sifat lingkungan dan kimia mineral tanah
tersebut, sehingga pH tanah berpengaruh sangat penting terhadap pertumbuhan
akar tanaman dan aktivitas mikrobia. Atas dasar alasan tersebut diatas maka pH
tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi
kesuburan tanah. Oleh karena itu pH tanah perlu dikelola untuk meningkatkan
hasil tanaman.
DEFINISI
pH
Secara kimia, pH menunjukkan aktivitas H+. pH
tanah merupakan logaritme negatif konsentrasi H larutan tanah.
1
pH
= log -------
( H+ )
Dimana ( H+
) adalah berat atom H+ per liter, atau g/l atau
pH
= -log ( H+ )
pH air murni adalah 7
dihitung sebagai berikut :
1
pH
= log---------------- = log 10.000.000 = 7,0
0,0000001
pH = -log 10-7 = -(-7) = 7
PENENTUAN
pH
TANAH
pH
tanah ditentukan dengan mencampur tanah dengan air dengan perbandingan berat 1
: 1. Lima belas gram tanah kering udara lolos mata ayakan diameter 2 mm
dimasukkan kedalam bekergelas yang volumenya 100 ml, dan ditambah 50 ml
aquadest. Campuran tanah dan aquadest diaduk selama 1 jam.
Penentuan pH dilapangan dapat dilakukan secara cepat
dengan menggunakan pH stick ( kertas pH ) : acilit, netralit.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhih penentuan pH tanah
:
1.
Konsentrasi ion H yang dekat dengan
permukaan koloid dapat mencapai 100 sampai 1000 kali lebih besar dari pada
dalam larutan tanah. Jika suspensi tanah kemudian dibiarkan sampai tanahnya
mengendap, maka nilai pH pada cairan diatas endapan akan lebih tinggi dari pada
pH pada endapan tanah.
2.
Perbandingan antara air dan tanah,
semakin banyak air yang diberikan pada suatu jumlah tanah tetentu, pH tanah
semakin menningkat.
3.
Kadar garam yang larut didalam tanah
mempengaruhi nilai pH tanah. Dan hal ini akan timbul apa bila menggunakan
larutan CaCl2 atau KCl sebagai pengganti air murni.
Jika
konsentrasi larutan garam yang digunakan berkisaran antara 0,07 sampai 1M,
nilai pH tanah menjadi lebih rendah 0,5 – 1,5 unit daripada pH tanah dengan
menggunakan air suling. Kation dari larutan garam sangat efektif untuk
menghasilkan XA13+ ( dan barang kali beberapa XH+ )
didalam larutan yang berasal dari Al hidroksida
tergantung pada tingkat kemasaman tanah. Akibatnya hidrolisis dari Al
tertukar dan Al hidroksida akan meningkatkan konsentrasi ion H dalam larutan.
Reaksinya sebagai berikut :
Al3+
+ H20 < ==== > Al ( OH )2+ + H+
Al
( OH)2+) +H2O < ==== > Al ( OH )2+
+ H+
Tetapi
tanah yang bermuatan positif akan memiliki nilai pH tinggi jika penentuan pH
nya menggunakan larutan KCl, karena ion – ion hidroksil akan digantikan oleh
ion Cl.
Fe
(OH)2+ + KC1 < ======== > FeC12 + 2KOH
KOH
< ====== > K+ + OH-
Jika membandingkan nilai pH berbagai
macam tanah, maka penting metode penentuannya harus sama. Metode penentuan pHdengan KCl
terkenal digunakan didaerah tropis; di daeerah tropis nilai pH digunakan untuk
menentukan kebutuhan kapur. Penentuan pH dengan H2O
adalah terkenal dilakukan di USA. Tetepi dari kenyataan bahwa pH contoh tanah
kering angin dilaboratorium akan berbeda nilainya dengan pH tanah yang langsung
ditentukan dilapangan yang ditanami. Hal ini karena adanya perbedaan kadar air,
kadar garam, dan produksi CO2 dari pernapasan akar dan kegiatan
mikroorganisme.
Rangkaian
perubahan – perubahan pH tanah
Beberapa bahan induk dan tanah –
tanah muda pHnya alkalis, tetapi tanah – tanah yang tua dan pelapukannya
intensif pHnya masam. Perubahan pH ini adalah berkaitan dan paralel dengan
perubahan dari sifat mineralogi dan kimia yang terjadi setiap saat. Sejumlah
besar proses dapat mengembangkan kemasaman tanah misalnya : kehilangan caCO3
dari bahan induk, kehilangan kation – kation tertukarkan ( Ca, Na, K, Mg
) akibat pelindian, masukan secara alamiah senyawa – senyawa masam dari
presipitasi, nitrifikasi, oksidasi S, produksi co2, akumulasi
kompleks Al hidroksida, komplek Al organik, dan Al tertukarkan. Pelapukan
mineral – mineral primer adalah penyokong besar terhadap terjadinya kebasaan tanah dengan dikonsumsinya H+
dan diproduksinya OH- dan pembebasan kation – kation Ca++,
Mg++, K+, dan Na+ dari mineral.
Tanah
– tanah Alakali
1.
Tanah sodik memiliki 18 % atau lebih
kejenuhan Na, dan pH tanah selalu dikendalikan oleh hidrolisis dari ion Na dari
garam Na, atau dari keduanya menghasilkan pH yang berkisar antara 8,5 kira –
kira 10. Contoh reaksinya :
Na2CO3
+ H2O < ===== > 2Na + HCO3- + OH-
2.
Tanah yang bersifat kapuran ( banyak
mengandung kapur ) dan mengandung sedikit atau banyak % CaCO3, maka
hidrolisis CaCO3 akan
menghasilkan OH- pada proses yang sama dengan reaksi terebut diatas.
pelarutan CaCO3 yang pada umumnya rendah dan terjadi perlahan –
lahan, menghasilkan OH- yang lebih
sedikit pada tanah kapuran jika dibandingkan dengan tanah sodik. Ini
berarti bahwa tanah kapuran memiliki pH tanah maksimum hanya sampai kurang
lebih 8,3, jika tanah tersebut berada seimbang dengan kadar CO2 yang
normal dalam atmosfir. Pelarutan CO2 sebagai hasil respirasi akar –
akar tanaman dan kegiatan mikroorganisme dapat menghasilkan asam karbonat untuk
membentuk kantong – kantong lokal tanah yang masam dalam tanah alkali.
Nitrifikasi,
oksidasi S, dan lain-lain proses, secara terus-menerus manghasilkan H+.
Pengendapan senyawa-senyawa masam secara alamiah terjadi, apabila dalam
keseimbangan dengan kadar CO2 atmosfiryang normal, dan pH tanahnya
sebesar 5,67. Pengendapan juga merupakan sumber yang terus-menerus menghasilkan
kemasaman tanah. Penambahan kemasaman tanah didalam tanah-tanah alkalin ini
akan dinetralkan; dalam tanah kapuran misalnya, reaksinya adalah :
CaCO3
+ 2H < ======= > Ca2+ + H2O + CO2
Ion
H+ diubah menjadi H2O, sehingga sifat alkalinya
terpelihara atau tanah tetap alkalin.
Pembentukan
dan sifat-sifat tanah masam
pH
tanah adalah sangat erat berkaitan dengan presipitasi (curah hujan) : yaitu
pada daerah araid dan subhumid cenderung pHnya alkali atau netral, dan
kebayakan tanah pada daerah humid adalah masam
Seperti
lazimnya kemasaman tanah ditetapkan dengan satuan ukuran pH, secara kimiawi
murni pH 7 disebut netral. pH dibawah 7 disebut masam dan pH diatas 7 dinamakan
basa atau alkalin. Makin jauh dibawah 7 kemasaman semakin meningkat, sedangkan
makin jauh diatas 7 kebasahan atau alkalinitas makin tinggi. Menurut
ketersediaan hara didalam tanah bagi tanaman, pH netral bukanlah bersifat
optimum. Dalam tanah mineral pH bagi ketersediaan tertinggi kebanyakan unsur
hara ialah 6,5 dan dalam tanah organik ialah 5,5. Jadi “kenetralan” menurut
kimiawi tanah berbeda dengan pengertiannya menurut kimiawi murni. Menurut
kimiawi tanah kenetralan berkaitan dengan keadaan keharaan yang terbaik bagi
tanaman dan bukan mengenai keseimbangan antara kadar H+ dan OH-.
Dalam
daftar di bawah ini disajikan pH optimum bagi beberapa tanaman.
Tanaman
|
pH
|
Tanaman
|
pH
|
Padi
|
6,0
– 7,0
|
Kubis
|
6,0
– 7,0
|
Jagung
|
6,0
– 7,0
|
Seledri
|
6,0
– 7,0
|
Kacang tanah
|
6,0
– 6,5
|
Selada
|
6,0
– 7,0
|
Tebu
|
6,5
– 8,0
|
Asparagus
|
6,0
– 7,0
|
Tembakau
|
5,0
– 6,0
|
Wortel
|
5,5
– 6,5
|
Teh
|
5,0
– 5,5
|
Cabai
|
6,0
– 6,5
|
Kopi
|
5,0
– 6,0
|
Tomat
|
6,0
– 7,0
|
Kentang
|
5,0
– 7,0
|
Labu
|
5,5
– 6,5
|
Bawang merah
|
6,0
– 7,0
|
Lobak
|
6,0
– 7,0
|
Kedelai
|
6,0
– 7,5
|
Semangka
|
6,0
– 6,5
|
Pisang
|
6,0
– 7,0
|
Melon
|
5,0
– 5,5
|
Jeruk orange
|
5,5
– 7,0
|
Sorgum
|
5,5
– 7,0
|
Coklat (cacao)
|
6,0
– 7,0
|
Anggrek
|
4,0
– 6,0
|
Kelapa
|
6,0
– 8,0
|
Mawar
|
6,0
– 8,0
|
Apokat
|
6,0
– 8,0
|
Nanas
|
5,0
– 6,0
|
Jika
pH lebih rendah dari optimum, terjadi kakahatan (deficiency) unsur-unsur hara
makro dan bersamaan dengan itu terjadi peningkatan ketersediaan unsur-unsur
hara mikro, yang dapat melampaui batas sehingga bersifat meracun. Pada pH lebih
tinggi dari optimum hampir semua unsur hara makro berketersediaan rendah dan
hampir semua unsur hara mikro bersifat kahat. Dengan kata lain, pH tanah
merupakan salah satu faktor penting yang mengatur keadaan lingkungan ion dalam
tanah. Persoalan yang biasanya timbul dalam tanah masam ialah :
1.
Kekahatan Ca, Mg, dan P.
2.
Kekahatan Cu (terutama dalam tanah
organik) dan Mo (terutama untuk tanaman legum)
3.
Keracunan A1 dan Mn; kadang-kadang juga
keracunan Fe.
4.
Laju penguraian bahan organik sangat
lambat (daur nitrogen dalam sistem tanah tanaman terganggu; kemempanan
(efektivitas) bahan organik dalam ameliorasi struktur tanah menurun).
Berdasarkan
persoalan mengenai keharaan tanah yang ditimbulkan oleh pH rendah tersebut
diatas maka yang disebut tanah masam adalah tanah-tanah yang mempunyai pH
kurang daripada 5,0. Yang mempunyai pH 5,5 pH 7,0 meskipun secara kimia
termasuk masam, tidak digolongkan kedalam tanah masam karena tidak memerlukan
perlakuan khusus dalam kaitannya dengan pH.
Tanah-tanah
masam di indonesia terdiri atas tanah podsolik, latosol, podsol, organosol, dan
bagian terbesar tanah aluvial hidromorf. Tanah podsolik dan podsol bersifat
masam karena berasal dari bahan induk masam dan telah mengalami pelapukan
intensif yang disertai pelindian kuat. Tanah latosol bersifat masam karena
telah mengalami pelapukan intensif dan pelindian kuat. Kemasaman tanah
organosol ditimbulkan oleh perombakan bahan organik yang menghasilkan berbagai
asam organik. Banyak tanah aluvial hidromorf menjadi luar biasa masam (kurang
dari 3,5) karena senyawa pirit yang dikandungnya terosidasi menjadi asam
sulfat, disamping jarosit yang terbentuk. Karena itu tanah semacam ini
dinamakan tanah sulfat masam atau sulfurik. Hampir semua tanah masam di
indonesia berada diluar jawa, sehingga mau tidak mau perluasan lahan pertanian
diluar jawa harus berurusan dengan tanah-tanah masam itu. 54% luas daratan
indonesia tertutup oleh tanah-tanah masam. Diantaranya tanah podsolik merupakan
bagian yang terluas yaitu 27% luas daratan indonesia.
Dikalangan
tanah-tanah masam, latosol adalah yang terbaik, terutama dilihat dari segi
keadaan fisiknya. Kerentanan terhadap erosi lebih kecil daripada tanah podsolik
dan podsol. Persoalan yang terkait pada kerendahan pH juga tidak seberat yang
ada dalam tanah podsolik dan podsol. Maka potensi untuk dikembangkan lebih baik
daripada tanah podsolik dan podsol.
Di
daerah-daerah humid pelarutan garam-garam dan pemindahan karena pelindian pada
tanah-tanah kapuran dan tanah alkali lainnya menyebabkan tanah menjadi nonsalin
dan noncalcareous. Tanah pada keadaan ini 100% dijenuhi oleh Ca dan Na dan akan
memiliki pH kurang lebih 7,5. Tanah tersebut jika dibandingkan dengan tanah
kapuran, telah banyak kehilangan kemampuannya untuk menetralkan kemasaman. Ion
H dari senyawa masam, yang secara tetap dan secara alamiah ditambahkan kedalam
tanah, secara teratur akan menukar kedudukan Ca, dan Na dan kation-kation ini
akan terlindi yang bereaksi dengan anion-anion. Dalam situasi yang ditunjukan
dibawah ini menggambarkan pelindian Ca(NO3)2 :
CaX
+ 2HNO3 < ====== > 2HX + Ca(NO3)2
Kehilangan
Ca....Na dan akumulasi (tertimbunnya) A1 hidroksida yang berasal dari pelapukan
akan diikuti oleh penurunan pH. Sangat menarik adanya kejadian bahwa praktek
pertanian tertentu dapat menyokong perkembangan kemasaman tanah dalam arti sama
dengan proses alamiah. Dari keadaan asam nitrat yang dihasilkan oleh proses
nitrifikasi N yang difiksasi oleh tanaman leguminosae dan N yang ditambahkan
kedalam tanah berupa pupuk alam dan pupuk amonion.
Pemasukan
secara alamiah senyawa masam dari air hujan, respirasi, nitrifikasi,
menyebabkan tanah menjadi masam liwat pelindian. Semakin banyak presipitasi, akan
semakin banyak masukan senyawa-senyawa masam, keduanya baik berasal dari
presipitasi maupun berasal dari asosiasi aktivitas biologi.
Dipihak
lain kemasaman tanah akan menstimulir pelapukan mineral primer. Pelepukan
semacam itu cenderung akan menghasilkan kebasaan, seperti yang digambarkan pada
pelapukan mineral albit :
NaA1Si3O8
+ 4H2O + 4 H+ < ====== > Na+
A13+ + 3Si (OH)2
Kebasaan
akan meningkat karena ion H dikonsumsi dan dihasilkan ion OH. Ion Na, (dan Ca,
Mg, dan K) yang dibebaskan oleh pelapukan dapat diadsorpsi sebagai
kation-kation tertukar, dan A1 bersama-sama dengan Si membentuk lempung silikat
atau terakumulasi sebagai A1 hidroksid.
Tes
laboratorium cara-cara menentukan kebutuhan kapur
1.
Metode
larutan buffer woodruff’s
Metode ini mengukur sejumlah
hidrogen tertukarkan dalam tanah dan kebutuhan kapurnya dihitung atas dasar
hasil pengukuran jumlah hidrogen tertukarkan. Sebagaimana diketahui bahwa pH
tanah tergantung pada konsentrasi ion H tertukarkan. Jumlah ion H tertukarkan
didalam tanah biasanya dinyatakan dalam me/100 g tanah. 1 me H dalam tanah akan
memerlukan 1 me Ca untuk menggantikan H.
B. A. 1
Berat equivalent H = ------------ =
-------- = 1
Valensi 1
B. M. 100
Berat molekul CaCO3 =
------------ = -------- = 50 mg
Valensi 2
Diperlukan 50 mg CaCO3 setiap
100 g tanahnya.
Jika tanah 1 ha sedalam
lapis olah dengan BV = 1,2 g. Cm-3, berat tanahnya = 2,4 X 109
g.
Dibutuhkan kapur :
50
x 2,4 x 109 x 10-2 mg
=
1200 kg = 12 kw = 1,2 ton.
Analisis H tertukarkan menurut metode
buffer woodruff’s :
Buatlah larutan buffer yang terdiri
atas 8 g nitrofenol, 40 g calcium acetat dan 0,625 g magnesium oksida, semuanya
dilarutkan kedalam 1 liter air suling. Reaksi larutan tersebut dipertahankan
pada pH 7 dengan menambahkan KC1 atau MgO seperlunya.
Cara
penentuan H tertukar
5 g tanah kering angin
lolos mata saring 2 mm, 5 ml air suling, dan 10 ml larutan buffer diaduk dengan
stirrer dalam gelas piala selama 30 menit. pH tanah akan turun tergantung
kemasaman tanahnya. Maka setiap penurunan pH 0,1 unit dari pH 7 menuju ke 6
setara dengan 1 me H tertukar dalam 100 g tanah. Apabila pH suspensi turun
dibawah 6 ini menunjukan bahwa H tertukarnya lebih dari 10 me/100 g tanah, maka
permukaan harus diulangi dengan menggunakan tanah 2,5 g tanah. Tiap turun 0,1
unit pH sama dengan 2 me H/100 g tanah.
Cara
menghitung kebutuhan kapurnya
Misalkan pH suspensi
turun mencapai 6,65, ini berarti penurunannya sebesar 3,35 unit pH dan
menunjukkan H tertukarnya 3,5 me/100 g tanah. Jika hasil perhitungan diatas 1
me memerlukan 12 kw/ha maka 3.5 me memerlukan 3,5 x 12 kw = 42 kw = 4,2 ton
CaCO3. Dalam pH meter yang lengkap biasanya langsung menunjukkan
angka kebutuhan kapurnya.
Penyesuaian untuk
didaerah tropis pH buffernya tidak dipertahankan sampai 7 tetapi cukup sampai 6
saja karena pH tanah didaerah tropis jarang mencapai 7, akibat kuatnya
pelindian.
2.
Metode
Ca (OH)2
Metode ini berupa
peningkatan pemberian jumlah larutan standart Ca(OH)2 0,01 N ke
dalam 10 g tanah, kemudian diaduk dengan stirrer, selanjutnya didiamkan selama
3 hari, selanjutnya pH suspensi di ukur. Jumlah Ca(OH)2 yang
diperlukan untuk mencapai pH tanah yang dikehendaki dapat diketahui, kemudian
jumlah kebutuhan kapur diterjemahkan kedalam ton per hektar.
Caranya
:
Sediakan 0.01 N Ca(OH)2
yaitu dengan cara melarutkan 0,3705 g Ca(OH)2 kedalam air suling,
jadikan volume 1 liter.
1 me = 0,5 grol = 74/2 = 37 g (1 N).
Jika membuat 0,1 digunakan 37/10 = 0,37 g.
Isilah 8 buah bakerglas
dengan tanah kering angin yang beratnya masing-masing 10 g. Tuangkan larutkan
Ca(OH)2 0,1 N berturut-turut dengan volume : 0 ml; 5 ml; 10 ml; 15
ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml; dan 50 ml.
Tambahkan air suling
secukupnya kedalam tiap bakerglas untuk mendapatkan perbandingan berat antara
tanah dengan larutan sebesar 1 : 5. Maka pertambahannya berturut-turut : 50 ml; 45 ml; 40 ml; 35 ml; 30 ml; 20 ml;
10 ml; dan terakhir 0 ml.
Selanjutnya campuran
tersebut diaduk dengan stirrer atau digojog
selama 3 hari, kemudian diukur pHnya.
Perhitungan :
Misalkan kita memilih
bakerglas yang pemberian Ca(OH)2 nya 30 ml 0,01 N, maka jumlah
kebutuhan kapur untuk pH tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Me Ca(OH)2 / 10 g tanah =
volume larutan Ca(OH)2 yang ditambahkan dikalikan dengan normalitas
= 30 x 0,01 = 0,3 me
100
Untuk
100 g = ----------- x 0,3 me = 3,0 me.
10
1
me Ca(OH)2 = 74/2 mg
= 37 mg Ca(OH)2
3
me Ca(OH)2 = 3 x 37 mg = 111 mg/100 g tanah.
Untuk 1 ha tanah sedalam 20 cm, BV = 1
g. Cm-3, berat tanahnya = 20 x 108 cm3 x 1 g. cm-3 = 2 x 109
g
2 x 109 g
Kebutuhan kapurnya =
--------------------- x 111 mg = 2,22 x 109 mg
100
= 2,22 ton Ca(OH)2
3.
Metode
SMP (shoemaker & Mc. Clean & Pratt) buffer method
Mirip dengan metode woodruff’s
Caranya
:
10 g tanah kering angin
lolos mata saring < 2 mm diberi larutan buffer SMP pH 7,5 sebanyak 20 ml
diaduk selama 30 menit, kemudian pH suspensi diukur. Penurunan pH menunjukkan
kebutuhan kapurnya. Dalam daftar dibawah ini dapat dilihat kebutuhan kapur
(CaCO3) murni berapa kg/ha.
Daftar 1 : kebutuhan
kapur untuk mencapai pH 7,0; pH 6,5; pH 6,0; untuk tanah-tanah mineral dan pH
5,2 untuk tanah organik ton/ha sedalam lapis olah.
pH
Tanah
+
Buffer
|
Kebutuhan
kapur ton/ha
Tanah mineral untuk pH Tanah organik untuk pH
7,0 6,5 6,0 5,2
|
6,8
|
3,46
2,97 2,47 1,73
|
6,6
|
8,40
7,17 5,93 4,45
|
6,4
|
13,60
11,61 9,39 7,17
|
6,2
|
18,53
16,81 12,85 9,88
|
6,0
|
23,72
20,02 16, 31 12,60
|
5,8
|
28,91
24,22 19,77 15,32
|
5,6
|
33,85
28,66 23,23 18,04
|
5,4
|
39,04
33,11 26,93 20,76
|
5,2
|
44,23
37,31 30,39 23,23
|
5,0
|
49,42
49,17 33,85 25,95
|
Pembuatan larutan
buffer :
Larutan : 1, 8 g p-nitrophenol |
2,5
ml trietanolamine |
3,0
g kalium kromat > kedalam 800 ml air
2,0
g kalsium asetat | suling
40,0
g CaCl2 |
Jadikan pH buffer menjadi 7,5 dengan menggunakan asam hidro klorida atau
menggunakan Na(OH), kemudian larutan dijadikan 1 liter dengan ditambah air
suling.
4.
Metode
kurva kebutuhan kapur
Caranya
:
1.
Contoh tanah dikering anginkan dan
diayak dengan mata ayakan 2 mm
2.
Basa-basa tertukarkan (Ca, Mg, K, Na),
didesak dengan 0,05 N HCl sampai filtratnya bebas dari basa-basa tersebut.
3.
Cl didesak dengan membilas tanah
tersebut dengan menggunakan air suling.
4.
Pembilasan selesai menghasilkan tanah
yang jenuh dengan H (dapat diuji dengan pH meter).
5.
Tanah kemudian dikering anginkan lagi
dan disaring lagi dengan mata ayakan 2 mm.
6. 17 contoh tanah seberat 5 g setara
dengan berat tanah kering mutlak ditempatkan masing-masing pada gelas piala
yang berukuran 100-150 ml.
7. Tambahkan 0,1 N NaOH berkisaran antara
0-50 ml kedalam gelas piala, dan jadikanlah volume semua gelas piala menjadi 50
ml dengan urutan sebagai berikut :
No contoh
|
Pemberian NaOH 0,1 N (ml)
|
Pemberian air suling (ml)
|
1
|
0,00
|
50,00
|
2
|
0,25
|
49,75
|
3
|
0,50
|
49,50
|
4
|
1,00
|
49,00
|
5
|
2,00
|
48,00
|
6
|
3,00
|
47,00
|
7
|
4,00
|
46,00
|
8
|
5,00
|
45,00
|
9
|
10,00
|
40,00
|
10
|
15,00
|
35,00
|
11
|
20,00
|
30,00
|
12
|
25,00
|
25,00
|
13
|
30,00
|
20,00
|
14
|
35,00
|
15,00
|
15
|
40,00
|
10,00
|
16
|
45,00
|
5,00
|
17
|
50,00
|
0,00
|
8.
Suspensi kemudian diaduk sampai merata,
semua gelas piala kemudian ditutup dan dibiarkan (diinkubasikan selama 48 jam)
agar semua larutan masuk kedalam agregrat-agregat tanah.
9.
Setelah tercapai keseimbangan, tentukan
pH tanah pada tiap-tiap gelas piala.
10. Kemudian
diplot pH nya pada ordinat (vertikal) dan jumlah me NaOH/100 g tanah pada
absisnya (horisontal).
Jumlah pemberian 0,1 N
NaOH dikonversikan kedalam me NaOH/100 g tanah dengan mengalikan NaOH yang
ditambahkan dikalikan normalitas x 100/5.
Misalkan 10 ml x 0,1 x 20 = 20 me
NaOH. Kemudian dikonversikan kepada kebutuhan CaCO3.
1
me NaOH setara dengan 1 me CaCO3
20
me NaOH setara dengan 20 me CaCO3
1
me CaCO3 = 100/2 = 50 mg
Dalam
100 g tanah = 20 x 50 mg CaCO3 = 1000 mg
Berat
tanah 1 ha sedalam 20 cm BV = 1 g.cm-3
=
20 x 108 cm-3 x 1 g.cm-3 = 2 x 109
g
Kapur
yang diperlukan = 2 x 109
---------- x 1000 mg = 2 x 104
kg
100
= 20 ton CaCO3/ha.
5.
Penentuan
kebutuhan kapur atas dasar aluminium dapat ditukar (Aldd) didalam lapisan olah.
Secara tersederhanakan,
reaksi bahan kapur kalsuim karbonat dalam tanah ditinjau dari netralisasi
aluminium adalah sebagai berikut :
3
CaCO3 + 3 H2O -------- > 3 Ca2+ + HCO3-
+ 3 OH-
Al3+
+ 3 OH- -------------- > Al (OH)3
(Mengendap)
Kamprath (1970) menyarankan agar
rekomendasi pengapuran didasarkan atas Aldd yang penentuannya dengan ekstraksi
HCl 1 N dan takaran bahan kapur ditentukan dengan mengalikan miliekuivalensi
Aldd per 100 g tanah dengan faktor 1,5. Ini menghasilkan jumlah miliekuivalen
Aldd dibutuhkan 1,5 miliekuivalen kalsium yang setara dengan 1,65 ton kalsium
karbonat per hektar. Angka tersebut berasal dari perhitungan sebagai berikut :
1
me Al3+/100 g tanah setara dengan 1,5 me Ca++/100 g
1
me Ca = 40/2 = 20 mg/100 g tanah.
1,5
me Ca = 1,5 x 20 mg = 30 mg Ca
Berat
tanah satu hektar sedalam lapis olah 20 cm dengan
BV
= 1,1 g.cm-3 = 2.2 x 109 g
Berat
Ca yang dibutuhkan untuk 1 ha = 2.2 x 109 g
---------------- x 30 mg
100 g
= 66 x 107 mg = 660 kg.
100
CaCO3
yang diperlukan = ----------- x 660 kg = 1650 kg = 1,65 ton
40
6.
Penentuan
kebutuhan kapur atas dasar % kejenuhan Al
Pengapuran tanah
didaerah tropis didasarkan atas jumlah kapur yang diperlukan untuk meniadakan
pengaruh keracunan Al, mengurangi kemasaman tanah, dan menyediakan unsur
kalsium.
Kacang tanah, jagung
dan kedelai dapat mencapai pertumbuhan maksimal berturut-turut pada pH 5,2, pH
5,5 dan antara pH 5,5 – pH 6,0. Dengan demikian penentuan kebutuhan kapur yang
diberikan pada tanah mineral masam didasarkan atas :
1.
Tanaman apa yang akan diusahakan.
2.
Berapa banyak aluminium yang harus
ditekan agar pertumbuhan tanaman mencapai titik maksimum.
Dibawah ini disajikan %
kejenuhan aluminium dan pH tanah yang diperlukan untuk beberapa tanaman keras
dan tanaman pangan yang ditanam ditanah mineral untuk mencapai pertumbuhan yang
maksimal.
Daftar : % kejenuhan Al dan pH
tanah yang diperlukan beberapa tanaman ditanah mineral masam.
No
|
Tanaman
|
% kejenuhan Al
|
pH tanah
|
1
|
Karet
|
60 – 80
|
4,5 – 5,5
|
2
|
Kopi, jeruk, rambutan
|
40 – 60
|
4,5 – 5,5
|
3
|
Padi
|
40 – 60
|
4,5 – 6,0
|
4
|
Jagung
|
40
|
5,5
|
5
|
Polongan
|
20
|
5,5 – 6,0
|
6
|
Sayuran
|
20 – 40
|
5,0 – 5,5
|
me
Aldd
Kejenuhan Al = ----------- x 100 %
KPK
Contohnya
: KPK = 35 me % kejenuhan Al = 5/15 x 100 % = 500/15
Aldd = 5 me % =
33,3 %
Misalkan untuk tanaman polongan dapat
hidup pada kejenuhan
Al = 20 %, maka kelebihannya = 33,3
– 20,0 % = 13,3 %
13,3
= ------- x 15 me = 1,995 dibulatkan = 2,0
me
100
Kebutuhan
kapurnya = 2 x 1,65 ton CaCO3 = 3,3 ton CaCO3
7.
Penentuan
kapur dilapangan
Penetapan kebutuhan kapur dengan
prosedur larutan penentuan pH
1.
Ambil sebongkah kecil tanah yang
diperoleh dari hasil campuran tanah lapisan atas antara kedalaman 0 – 30 cm.
2.
Masukkan kedalam botol plastik ukuran
kira-kira 50 ml (atau botol plastik bekas rol film).
3.
Masukkan larutan penentuan pH kedalam
botol plastik yang telah berisi tanah. Jumlah larutan yang ditambah kira-kira
sama dengan jumlah tanah berdasarka isi. Untuk menghemat disarankan tidak
melebihi dari 10 ml larutan penentuan pH.
4.
Kemudian kocok dengan pengaduk sehingga
seluruh tanah hancur. Ranting pohon atau kayu dapat digunakan sebagai pengaduk.
5.
Biarkan untuk beberapa menit hingga
seluruh tanah mengendap, dan cairan diatasnya bening.
6.
Celupkan kertas pH kedalam cairan bening
tadi. Usahakan kertas pH tidak terbenam kedalam lumpur tanah yang ada
dibawahnya. Bila hal ini terjadi maka warna kertas pH diselimuti oleh lumpur.
7.
Tentukan pH nya (sebut saja pH x).
8.
Cari selisih pH (/ \ pH) dengan cara mengurangkan pH 6,0 dengan pH
yang diukur pada butir 7.
/ \ pH = pH
6 – pHx
9.
Dari selisih pH ini kita dapat menduga
jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan berdasarkan persamaan :
Y = 0,5 + 3,16 x yang Y = Aldd (me/100
g) dan x adalah / \
pH.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari diskusi bareng