Tanah
memiliki sifat dan ciri yang berbeda-beda perbedaan ini dapat dilihat dari
warna, kelas tekstur serta faktor lainnya. Tindakan yang ditujukan
mengelompokan tanah dengan memperhatikan perbedaan sifat dan ciri merupakan
suatu tindakan klasifikasi. Klasifikasi tanah merupakan upaya untuk
membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat dan ciri yang dimilikinya.
Tindakan ini sangat penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan
perlakuan yang berbeda, sehingga peluang terjadinya salah pengelolaan dapat di
kurangi sekecil mungkin.
Berdasarkan kegunaannya, klasifikasi tanah dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu :
§ Klasifikasi Alami
§ Klasifikasi Teknis.
Klasifikasi Alami merupakan
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan
dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran
dasar terhadap sifat fisik, kimia, mineralogi tanah.
Klasifikasi Teknis merupakan klasifikasi
tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah
untuk kegunaan tertentu, contoh : Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Perkebunan / Sawah, dll.
KLASIFIKASI TANAH YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA
Sistem
klasifikasi tanah (sistem klasifikasi alami) yang ada di dunia sangat beragam,
karena banyak negara mengembangkan sendiri sistem klasifikasi yang digunakan
untuk negara itu sendiri. Di Indonesia sampai sekarang ini memiliki paling
sedikit 3 sistem klasifikasi tanah yaitu
:
§ Klasifikasi Pusat
Penelitian Tanah (Dudal & Soepraptohardjo, 1957/1961; PPT, 1981/1983)
§ Klasifikasi
FAO/UNESCO (1970)
§ Klasifikasi USDA
(Soil Survey Staff, 1975)
5.1. Klasifikasi tanah sistem Pusat Penelitian Tanah
Bogor (PPT).
Sistem klasifikasi tanah Pusat
Penelitian Tanah Bogor telah banyak dikenal dengan nama sistem
Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini mengemukakan bahwa untuk keperluan
survei tanah Indonesia telah dikembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan
konsep Baldwin (1938) serta konsep-konsep lain yang dikemukakan dalam “Soil
Survey Manual” (USDA, 1951). Dasar-dasar klasifikasi tanah dari sitem ini adalah :
-
Dasar kriteria untuk klasifikasi adalah sifat morfologis
-
Klasifikasi dilakukan pada tingkat katagori yang
berbeda-beda
-
Satuan peta tanah dapat terdiri dari beberapa satuan tanah
untuk peta berskala kecil.
-
Klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan kegunaannya untuk
survey tanah.
-
Korelasi yang sistematik dan terus menerus merupakan
kegiatan terpadu antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Sistim pusat penelitian tanah
menggunakan 6 katagori yaitu :
-
Golongan (ordo)
-
Kumpulan (Subordo)
-
Jenis (Great group)
-
Macam (Subgroup)
-
Rupa (Family)
-
Seri
Pada katagori Ordo sistem
Dudal-Soepraptohardjo membagi tanah atas dasar perkembangan profil yaitu : katagori
“dengan perkembangan profil” dan “tanpa perkembangan profil”. Pada Subordo
didasarkan atas susunan horison utama.
5.2.
Sistim Klasifikasi FAO/UNESCOSistim ini dibuat oleh FAO/UNESCO dalam rangka pembuatan
peta tanah dunia. Sistim ini hanya mengembangkan dua kategori, yaitu tingkat great
group dan subgroup. Pada tingkat yang leb1h tinggi atau rendah,
tidak dikembangkan. Untuk pengklasifikasian digunakan horizon-horison penciri
yang sebagian diambil dari Taksonomi Tanah USDA.. Contoh penamaan tanah sbb:
Great
Group : Cambisol. Subgroup : Humic
Cambisol (Cambisol yang banyak mengandung humus)
5.3.SISTIM KLASIFIKASI
TAKSONOMI TANAH USDA
Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah
mempakan sistim yang banyak dikenal di selumh dunia. Sistim ini bersumber pada
Sistim 1938 yang mendasarkan pengelompokan seri tanah pada kategori yang lebih
tinggi (Soil Survey Staff, 1975). Sistim 1938 telah dilakukan berbagai perubahan
oleh Thorp dan Smith (1949) serta Riecken dan Smith (1949) pada Great group dan
beberapa definisi yang telah ada, Berkembangnya pengetahuan tentang tanah
mengakibatkan munculnya sifat-sifat tanah yang sebelumnya tidak diketahui, dan
ketika seri tanah mengalami peningkatan dalam jumlah yang banyak maka Sistim
1938 mulai menunjukkan kelemahannya (Soil Survey Staff, 1975). Hal ini
disebabkan oleh makin sulitnya memasukkan seri tanah ke dalam kategori yang
lebih tinggi karena definisi dari famili tanah yang tidak jelas, sehingga ada
seri tanah yang secara bersamaan dapat dimasukkan ke dalam kategori yang lebih
tinggi (Birkeland, 1974), Kenyataan ini mendorong untuk dilakukan pengembangan
suatu sistim klasifikasi tanah yang bersifat komprehensif yang dapat menampung
segala pembahan karena adanya penemuan seri tanah yang barn. Pengembangan
tersebut dipelopori oleh Guy D. Smith sejak tahun 1951 sampai terwujudnya
konsep Taksonomi Tanah Tahun 1972 setelah melalui tujuh pendekatan serta
suplemen-suplemennya, yang kemudian dibakukan sebagai Handbook No, 436 Tahun
1975 (Soil Survey Staff, 1975). Di daerah tropika, Sistim Klasifikasi Taksonomi
Tanah dilakukan beberapa pengujian lebih lanjut. Perubahan dan penyempurnaan
dari beberapa definisi taksa dilakukan. Selanjutnya seiring dengan penemuan
bukti-bukti yang barn, dilakukan pengembangan penelitian terhadap Suborder
Andept untuk dinaikkan kategorinya menjadi Order, yang pada akhirnya dapat
ditetapkan mulai Tahun 1990. Sejak tahun tersebut pada Sistim Klasifikasi
Taksonomi Tanah terdapat 11 Order. Pengklasifikasian tanah menurut sitim
taksonomi tanah secara detil dapat dilihat pada Keys to Soil Taxonomy dari Soil
Survey Staff (1994), yang merupakan pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa kunci dari pengklasifikasian tanah, antara lain adalah deskripsi dari
horison dan batasan dari masing-masing order serta kelas di bawahnya. Berikut
disampaikan ringkasan dari horison-horison penciri dan klasifikasi tanahnya:
RINGKASAN HORISON
PENCIRI UNTUK TANAH MINERAL DAN TANAH ORGANIK
Untuk keperluan klasifikasi tanah,
selain penggolongan horison tanah ke dalam horizon A, B, C,D dan sebagainya,
perlu diidentifikasi horizon penciri baik berupa epipedon, horizon bawah
(Subsurface), maupun sifat-sifat penciri lain.
B. EPIPEDON
Epipedon adalah
horizon permukaan tetapi tidak sinonim dengan horizon A, mungkin lebih tipis
dari horizon A, tetapi mungkin pula meliputi horizon B. Berikut ringkasan dari
masing-masing epipedon :
Epipedon
Histic :
Horison
permukaan yang mengandung bahan organik tinggi ( > 20%).
Epipedon Mollic : Mengandung
bahan organik > 1 %, warDa lembab dengan value kurang dari 3.5, ketebalan 18
cm, kejenuhan basa ~ 50 %
Epipedon
Umbric :
Seperti Epipedon Mollic, tetapi kejenuhan basanya < 50 %
Epipedon
Anthropic : Seperti Epipedon Mollic, tetapi
mengandung > 250 ppm P205 larut dalam asam sitrat.
Epipedon
Ochric : Horizon berwarna terang (Value lembab
lebih dari 3.5), bahan organik
kurang dari 1 % atau keras - sangat keras dan
masif.
Epipedon Plaggen : Tebal ³ 50 cm, hitam, terbentuk karena
permukaan organik (pupuk
kandang) yang terns menerus.
Horison lain yang ditemukan di permukaan
sebagai penciri klasifikasi tanah adalah :
Horizon Arenic
-
Horison yang mengandung pasir deng(Jn
ketebalar60 cm dan terletak di alas horison Argillic.
Horizon Glossarenic
-
Seperti
Horison Arenic, tetapi tebalnya lebih dari 100 cm
HORISON BAWAH PENCIRI:
Horizon Agric : Horison
di bawah lapisan olah, terdspst akumulasi debu, Klei,dan humus
Horizon Albic : Horison berwama pucat (horizon A2), wama dengan
value lembab > 5
Horizon Argillic : Horison penimbunan Klei, merupakan
horison B yang minimum
mengandung Klei
1.2 kali di horison lebih banyak dari pada Klei atasnya.
Terdapat selapur
Klei, ketebalan maksimum 30 cm.
Horizon Calsic : Ketebalan ~ 15 cm atau lebih, mengandung karbonat
(CaCO3 atau MgCO3)
sekunder yang tinggi.
Horizon
Cambic: lndikasi lemah adanya Argillic atau Spodic, tetapi tidak memenuh syarat untuk kedua
horison tersebut.
Horizon Gypsic
-
Horison
yang banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Horizon Kandic
-
Seperti
Argillic tetapi, ketebalan maksimum 30 cm. KTK (Na4OAc) < 16
me/100g Klei, daD KTK efektif (jumlah basa-basa + Aldd) < 12 me/100g Klei.
Horizon Natric
-
Horison
Argillic yang banyak mengandung Na.
Horizon Oxic
-
Ketebalan
³ 30 cm, KTK (Na4OAc) < 16 me/100g Klei,
dan KTK efektif (jumlah basa-basa + AIdd) < 12 me/100g Klei.
Horizon Petrocalsic
-
Horison
Calsic yang mengeras.
Horizon Petrogypsic
-
Horison
Gypsic yang mengeras
Horison
Salic
-
Ketebalan ³ 15 cm atau lebih, banyak mengandung
garam-garam sekunder yang mudah larut.
Horizon Sombric
-
Horison
berwarna gelap, sifat-sifat seperti Epipedon Umbric, terjadi iluviasi humus
tanpa Al dan tidak terletak di bawah Horizon Albic.
Horizon Spodic
-
Horison
iluviasi (timbunan) seskuioksida bebas dan bahan organik.
Horizon Sulfuric
-
Horison
yang banyak mengandung sulfat masam (Cat Day), pH < 3,5.
-
Terdapat
karatan terdiri dari jarosit.
HORISON PENCIRI UNTUK
TANAH ORGANIK
Bahan Fibric
-
Kandungan
bahan organik kasar (fibrik) lebih dari 2/3.
Bahan Hemic
-
Kandungan
bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 - 2/3.
Bahan Sapric
-
Kandungan
bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Bahan Humlluvic
-
Iluviasi
humus setelah lama untuk bercocok tanam (pada tanah organik).
Bahan Limnic
-
Endapan
organik atau anorganik dari mahluk hidup di air.
PENCIRI KHUSUS
Konkresi
-
Senyawa
tertentu yang mengeras, berlapis konsentris (memusat). Bahan yang
disementasikan misalnya : kapur, besi, mangan, dan silikat.
Padas (Pan)
-
Horison
atau lapisan yang sangat memadat. Pemadatan oleh besi, kapur, Klei, debu
(bentukan genetis atau karena tekanan/berat)
Orterde
-
Penimbunan
besi dan bahan organik tanpa sementasi.
Ortstein
-
Penimbunan
besi dan bahan organik dengan sementasi.
Fragipan
-
Lapisan
tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi. Tampak memadas hila kering,
tetapi mudah pecah hila lembab.
Duripan
-
Lapisan
tanah yang teguh, tidak tembus air dan akar.
Padas Klei (Clay Pan)
-
Lapisan
atau horison yang padat, kaya Klei, batas dengan horison di atasnya jelas.
Krotovinas
-
Corak
yang berbentuk pipa tak teratur dalam suatu horison, terbentuk dari bahan yang
berasal horison yang lain.
Plinthite
-
Bahan
Klei lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya sebagai karatan-karatan
merah diatas dasar kelabu atau dasar merah dengan karat an kelabu atau putih,
berbentuk "poligonal" atau beralih "irreversible" ke
konkresi dalam keadaan basah dan kering berulang-ulang ; batas-batas ke atas
dan ke bawah baur atau berangsur- angsur.
Slickenside
-
Permukaan-permukaan
licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah satu dan lainnya saling
menggesek/menggeser.
Selaput Klei (Clay
Skin)
-
Selaput
Klei aluminium silikat, biasanya terdapat di bidang-bidang belahan struktur
atau dalam pori-pori dan terletak sejajar dengan bidang-bidang belahan
struktur. Selaput Klei ini mengandung atau tidak mengandung bahan organik dalam
jumlah nyata mengeras hila kering. Bagian lapisan yang mengeras berwarna merah,
biasanya mengandung karatan kilning, abu-abu atau putih.
Kontak Lithic
-
Batas
tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu.
Kontak Paralitik
-
Batas
tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan padu.
REGIM TEMPERATUR (Untuk Kedalaman
Tanah ±
50 cm)
Pargilic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan kurang dari 0°C (Permafrost)
Cryic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan antara 0° C –
8o C, suhu
musim panas rata-rata kurang dari
15°C.
Frigid
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan O°C - SaC, pada musim panas suhu rata-rata lebih panas
, dari Cryic (lebih dari 15°C).
Mesic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan 8°C - 15°C.
Thermic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan 15°C - 22°C.
Hyperthermic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan lebih dari 22°C.
Iso (Frigid, Mesic, Thermic,
Hypertermic)
-
Perbedaan
suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C. Suhu tanah
rata-rata tahunan = Frigid, Mesic, Thermic, Hyperthermic.
Tropic
-
Mempunyai
sifat Iso dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 8°C (Isomesic atau lebih
panas)
REGIM KELEMBABAN (Untuk Kedalaman antara
10 - 90 cm)
Aquic
-
Tanah
sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi. Ditunjukkan oleh adanya karat an
dengan warna khroma rendah.
Aridic atau Torric
-
Kering
lebih dari 6 bulan (bila tanah tidak pemah beku). Tidak pernah lembab 90 hari
berturut-turut atau lebih setiap tahun.
Perudic : Curah hujan setiap bulan selalu melebihi
evapotranspirasi.
Udic :Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif) setiap
tahun.
Ustic :Tanah setiap tahun kering lebih dari 90 hari
(kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric :Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (Non
Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45 hari berturut-turut di musim panas,
lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin.
TATA NAMA
Salah
satu hal yang barn dalam sistem Taksonomi Tanah adalah penggunaan tata nama.
Nama-nama tanah selalu mempunyai arti, yang umumnya menunjukan sifat utama dari
tanah tersebut :
§
Pada
Kategori Order nama tanah selalu diberi akhiran Sol (Solum = tanah), sedang
suku kata sebelumnya menunjukan, sifat utama tanah dari tanah tersebut. Pada
kategori yang lebih rendah dart order akhiran Sol tidak digunakan lagi, sebagai
gantinya untuk menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke
kategori rendah digunakan akhiran yang merupakan singkatan dari nama
masing-masing order tersebut.
§
Nama-nama
pada kategori Suborder terdiri dari dua suku kata sedangkan Greatgroup terdiri
dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat-sifat utama dari tanah
tersebut. Suku kata terakhir menunjukan nama dari Order tanah.
§
Nama
Subgroup digunakan dua patah kata di mana kata ke dua merupakan nama Great
group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari Subgroup tersebut.
§
Pada
tingkat Family, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan
susunan besar butir, susunan mineralKlei, regim suhu tanah, atau sifat- sifat
lain yang spesifik dan mempengarnhi pertumbuhan tanaman.
§
Pada
tingkat Seri, tanah diberi nama menurnt nama tempat dimana tanah tersebut
pertama kali ditemukan.
Contoh
:
Order
: Ultisol (ultus =
akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir)
Suborder : Udult (udus = humida,
lembab, tidak pemah kering)
Great
group : Tropudult (tropikos =
daerah tropis, terus menerus panas
dengan sifat iso)
Subgroup
: Aquic Tropudult (Aquic =
air, kadang-kadang berair)
Famili
: Aquic Tropudult, berKlei
halus, kaolinitik, isohipertermik
Kaolinitik = mineralKlei yang dominan
adalah kaolinit
Isohipertermik = suhu tanah lebih dari
22°C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C).
Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah
Granada)
Tabel
: Arti Nama-nama Tanah dalam Tingkat Order dan Akhiran untuk Kategori yang
Lebih Rendah
Nama Order
|
Akhir Untuk Kategori Lain
|
Arti Asal Kata
|
ALFISOL
|
ALF
|
Dari Al – Fe
|
ANDISOL
|
AND
|
Ando, tanah hitam
|
ARIDISOL
|
ID
|
Aridus, sangat kering
|
ENTISOL
|
ENT
|
Dari Recent
|
GELISOL
|
EL
|
Gelare, membeku
|
HISTOSOL
|
IST
|
Histos, Jaringan
|
INCEPTISOL
|
EPT
|
Inceptum, Permulaan
|
MOLLISOL
|
OLL
|
Mollis, lunak
|
OXISOL
|
OX
|
Oxide, oksida
|
SPODOSOL
|
OD
|
Spodos, abu
|
ULTISOL
|
ULT
|
Ultimus, akhir
|
VERTISOL
|
ERT
|
Verto, berubah
|
. SIFAT - SIFAT TANAH DALAM TINGKAT
ORDER TAKSONOMI TANAH
Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah
mengelompokan tanah ke dalam 11 order. Ringkasan dan penjelasan dari
masing-masing order disampaikan sebagai berikut :
Tabel : Order Tanah dan Penciri Utama menurut
Sistim Taksonomi Tanah.
Order
|
Penciri
Utama
|
Horison
Penciri
|
Sifat-Sifat
Penciri Lain
|
Alfisol
|
Horison
Argilik
|
Kejenuhan
basa tinggi (³ 35%)
|
Andisol
|
-
|
Mempunyai
sifat Andik pada seluruh lapisan
|
Aridisol
|
-
|
Tanah
di daerah iklim arid (sangat kering)
|
Entisol
|
Hanya
ada epipedon Ocric, Albic atau Histic
|
-
|
Gelisol
|
-
|
Mempunyai
sifat Gelik (membeku setiap tahun.
|
Histosol
|
Epipedon
Histik tebalnya ³ 40 cm
|
-
|
Inceptisol
|
Horison
Kambik
|
-
|
Mollisol
|
Epipedon
Molik
|
Kejenuhan
basa seluruh solum > 50 %
|
Oxisol
|
Horison
Oksik
|
-
|
Spodosol
|
Horison
Spodik
|
-
|
Ultisol
|
Horison
Argilik
|
Kejenuhan
basa rendah ( < 35 %)
|
Vertisol
|
-
|
Sifat
vertik *), lebih dari 30 % Klei
|
Keterangan :
*)
Musim kering mengkerut, tanpa pecah-pecah, musim hujan mengembang tanah sangat lekat.
Keterangan
lebih lanjut dari masing-masing order tanah tersebut adalah sebagai berikur :
Alfisol
-
Tanah-tanah
yang terdapat penimbunan Klei di horison bawah ( Horison Argilik ) dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi ³ 35 %) pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
-
Klei
yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci
ke bawah bersama dengan gerakan air.
-
Tanah
ini dulu dikelompokan pada Tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang- kadang
juga Podzolik Merah Kuning.
Andisol
-
Tanah
yang mempunyai sifat-sifat Andik dalam suatu/ seluruh subhorison, baik itu
berupa timbunan (Burried) maupun bukan timbunan, yang berketebalan 35 cm di
dalam 60 cm dari permukaan tanah atau dari batas lapisan organik yang bertemu
dengan lapisan yang mempunyai sifat-sifat andik.
-
Tanah
ini dulu disebut Andosol atau Suborder Andept.
Aridisol
-
Tanah-tanah
yang mempunyai kelembaban tanah Arid (sangat kering). Mempunyai Epipedon Okrik,
kadang-kadang dengan horison penciri lain.
-
Dulu
disebut Desert Soils.
Gelisol
-
Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.
Entisol
-
Tanah
yang masih sangat muda, yaitu barn tingkat permulaan dalam perkembangan.
-
Tidak
ada horizon penciri lain kecuali Epipedon Okrik, Albik, atau Histik (ENT - Recent = baru).
-
Tanah-tanah
yang dulu termasuk kelompok ini adalah Tanah Aluvial, Regosol.
Histosol
-
Tanah
dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 % (tekstur pasir), atau lebih dari
30 % (tekstur Klei).
-
Lapisan
yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya: 40 cm. (Histos =
Jaringan).
-
Tanah
ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik, atau Organosol.
Inceptisol
-
Merupakan
tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol (Inceptum = Permulaan).
-
Umumnya
mempunyai Horison Kambik.
-
Umumnya
tanah ini cukup subur, karena belum berkembang lanjut.
-
Tanah
ini dulu termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Latosol, Gleihumus, dan lain-lain.
Mollisol
-
Tanah
yang mempunyai Epipedon Molik dengan tebal lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap)
-
Kandungan
bahan organik .> 1 %, kejenuhan
basa > 50 %. Agregasi tanah baik sehingga tanah tidak keras bila
kering (Mollisol = lunak).
-
Tanah
ini dulu disebut Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.
Oksisol
-
Tanah
tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan Klei tinggi tetapi
tidak aktif sehigga kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 g Klei).
-
Kandungan
oksida besi atau oksida Al tinggi.
-
Di
lapang tanah ini menunjukan batas-batas horison yang tidak jelas.
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan),
Lateritik, atau juga Podzolik Merah Kuning.
Spodosol
-
Tanah
yang di lapisan bawah mempunyai penimbunan Fe dan Al serta humus (Horizon
Spodik), sedangkan di lapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang
berwarna pucat (Albik).
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Podzol.
Ultisol
-
Tanah-tanah
dimana terjadi penimbunan Klei dihorison bawah (Horison Argilik), bersifat
masam, kejenuhan basa < 35 %.
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Podsolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia,
kadang-kadang Latosol dan Hidromorf Kelabu masuk dalam kelompok tanah ini
Vertisol
-
Tanah
dengan kandungan Klei tinggi (> 30 %) di seluruh horison dan mempunyai sifat
mengembang serta mengkerut. Pada saat kering tanah mengkerut sehingga tanah
pecah-pecah dan keras, sedangkan pada saat basah mengembang dan lengket.
-
Tanah
ini dulu disebut Grumusol atau Margalit.
5.4.PADANAN NAMA TANAH PADA BEBERAPA
SISTIM KLASIFIKASI
Mempertimbangkan sampai saat ini masih
banyak penggunaan nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi, maka bersama ini
disampaikan padanan nama-nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi :
Tabe1 : Penyederhanaan Padanan Nama
Tanah pada Beberapa Sistim Klasifikasi (Hardjowigeno, 1995)
Dudal
– Soeprapto Harjo
(1957
,1961)
|
Modifikasi
PPT
(1978
/ 1981)
|
FAO
– UNESCO
(1970)
|
USDA
Soil
Taxonomi
(1975)
|
1.
Organosol
|
Organosol
|
Histosol
|
Histosol
|
2.
Litosol
|
-
Litosol
-
Ranker
|
-
Litosol
-
Ranker
|
-
Entisol
-
Litic Sub
group
|
3.
Tanah Aluvial
|
Tanah
Aluvial
|
Fluvisol
|
-
Entisol
-
Inceptisol
|
4.
Regosol
|
Regosol
|
Regosol
|
Entisol
|
5.
Renzina
|
Renzina
|
Renzina
|
Rendoll
|
6.
Grumusol
|
Grumusol
|
Vertisol
|
Vertisol
|
7.
Andosol
|
Andosol
|
Andosol
|
Inceptisol
|
8.
Podsolik Coklat
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Cambisol
|
9. Podsolik Coklat Kekelabuan
|
Podsolik
|
Acrisol
|
Ultisol
|
10. Brown Forest Soil
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Inceptisol
|
11. Latosol
|
-
Kambisol
-
Latosol
-
Lateritik
|
-
Canbisol
-
Nitosol
-
Ferralosol
|
-
Inceptisol
-
Ultisol
-
Oxisol
|
12. Podsolik Merah Kuning
|
-
Podsolik
|
-
Acrisol
|
-
Ultisol
|
13. Mediteran
|
Mediteran
|
Luvisol
|
-
Alfisol
-
Inceptisol
|
14. Podsol
|
Podsol
|
Podsol
|
Spodosol
|
15. Glei Humus
|
Gleisol
Humik
|
Gleisol
|
Aquept
|
16. Glei Humus Ren-dah
|
Gleisol
|
Gleisol
|
Aquept
|
17. Hidromorf Kela-bu
|
Podsolik
Gleiik
|
Acrisol Gleic
|
|
18. Aluvial Hidro- morf
|
Gleisol
Hidrik
|
Flufisol
|
Hidraquent
|
19. Planosol
|
Planosol
|
Planosol
|
Aqualf
|